Norasya, warga Lenteng Agung, Jakarta Selatan, menceritakan kronologi anak kesayangannya yang berusia empat tahun menjadi korban gagal ginjal akut.

Nurasia menuturkan, suhu tubuh sang anak awalnya mencapai 39,6 derajat.

Ia kemudian berinisiatif membawa anak tersebut ke rumah sakit, namun ditolak karena terlalu panas.

Maka ia segera membawa anaknya ke ruang gawat darurat (UGD).

“Ruang gawat darurat memberi saya antipiretik di tempat kerja dan pulang dan memberi saya parasetamol dari Apiparma. ,” kata Norasya kepada .Central, Kamis (3/9/2023), di tempat ia dirawat dua hari sebelumnya.

Norasya melanjutkan dan pulang keesokan harinya dan bayinya kembali demam. Dia kemudian membawanya ke UGD, memberinya parasetamol Avi Pharma, dan kemudian pulang.

“Saat di rumah, suhu anak saya turun lalu naik lagi. Kami lalu membawanya ke bagian kontrol rawat inap, labnya masih baik. Dan kami tanya kenapa demam anak kami fluktuatif dan stuck di 38,5 derajat,” kata Norasya.

Kemudian dia memberi tahu Norasya bahwa putranya meminta untuk memeriksa urinnya. Kemudian dia mengetahui bahwa putranya tidak dapat buang air kecil. Dia kemudian dibawa pulang, tetapi anak kesayangannya khawatir.

“Ada juga yang muntah. Ada darah di tinja pada malam hari. Saya bawa ke UGD lagi dan langsung tes darah lagi, ternyata gagal ginjal akut.”

Tiga hari di RS Pasar Repu, anak ketiga Norasia dirujuk ke pusat layanan cuci darah karena sudah tidak bisa buang air kecil di rumah sakit.

Ia menyimpulkan, “Di RSCM sebelumnya, hanya cuci darah dan pengobatan yang dimaksudkan. Kemudian, setelah dua minggu pengobatan, anak tersebut mengalami koma empat hari sebelum meninggal.”

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *